Buku merupakan gudang ilmu, begitulah kata pepatah jaman dulu yang pada jaman sekarangpun masih dipakai. Namun,kayaknya masih banyak yang kurang bisa menginterprestasikan maksud dari pepatah tersebut. Padahal,pepatah itulah yang seharusnya ditanamkan pada pemuda-pemuda Indonesia,mengingat banyak pemuda-pemuda kita yang kurang bersahabat dengan ilmu. Terus,gimana kita bisa dapat ilmu itu kalau kita nggak bisa buka gudangnya dan nggak punya kuncinya. Percuma aja kan punya gudang yang berguna, tapi kitanya nggak tertarik bahkan nggak sadar-sadar kalau kita tuh punya gudang yang bermanfaat.
Sebenernya, baca itu nggak ada repot atau susahnya. Soalnya dari kita-kita pada masih kecil, mungil dan imut-imut hal yang kita pelajari pertama di sekolah itu membaca dulu kan?. Yang tentunya dengan mengenal huruf abjad satu persatu. Bahkan kita belajar mengenal huruf dan membaca sebelum kita belajar ilmu yang lain. Jadi kalau emang udah dari kecil dulunya kita udah belajar baca, masa’ udah gede gini kita males-malesan kalau disuruh baca.
Sebenarnya sudah 5 tahun yang lalu,pemerintah kita ini sudah mempunyai program untuk membuat para pemuda-pemuda Indonesia menjadi pemuda yang gemar membaca buku. Akan tetapi,kayaknya nggak ada respons yang antusias dari pemuda-pemudanya. Kan,sayang kalau pemerintah-pemerintah kita susah-susah buat slogan banyak-banyak tapi gak ada yang ngegubris. Mubadzir uangnya,kan??
Slogan-slogan itu akan sekadar slogan belaka apabila tidak dibarengi dengan cara jitu dalam membaca. Selain itu, Interest in reading (minat baca) yang relatif rendah di kalangan siswa perlu ditingkatkan terlebih dahulu. Untuk meningkatkan minat baca di kalangan siswa ada yang perlu dilakukan oleh sekolah maupun kalangan siswa itu sendiri. Yang harus dilakukan oleh sekolah, yaitu:
• Penciptaan atmosfir kelas yang mendukung dengan menempel pajangan hasil karya siswa dengan rapi serta slogan-slogan ajakan agar siswa gemar membaca.
• Penyediaan buku-buku bacaan yang memadai, baik dari segi kuantitas judul buku maupun kualitas buku di perpustakaan dan setiap ruang kelas.
• Penciptaan antusiasme pada setiap individu siswa terhadap pentingnya membaca buku dan berbagai sumber ilmu lainnya.
• Pemanfaatan kegiatan membaca sebagai alat untuk belajar seluruh bidang studi yang diampu oleh masing-masing guru.
• Pesan-pesan edukatif yang disampaikan dengan gaya anak muda terpampang di setiap sudut-sudut ruangan
• Rak buku yang dipajang rapi dan menarik untuk dieksplorasi isinya dengan ditampilkan laksana “gedung bioskop” atau “gedung teater”
• Ada informasi mengenai kehebatan para penulis beserta karya-karya penulis nasional maupun internasional di perpustakaan maupun di mading.
• Ada poster berisi cuplikan isi buku baru dan laku keras di masyarakat.
• Tersedia tempat baca buku lesehan di sekolah, misalnya di beranda musalah atau di depan-depan kelas..
Kamis, 24 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar