Pages

Subscribe:

Labels

Kamis, 24 Maret 2011

Meningkatkan Minat Baca

   Buku merupakan gudang ilmu, begitulah kata pepatah jaman dulu yang pada jaman sekarangpun masih dipakai. Namun,kayaknya masih banyak yang kurang bisa menginterprestasikan maksud dari pepatah tersebut. Padahal,pepatah itulah yang seharusnya ditanamkan pada pemuda-pemuda Indonesia,mengingat banyak pemuda-pemuda kita yang kurang bersahabat dengan ilmu. Terus,gimana kita bisa dapat ilmu itu kalau kita nggak bisa buka gudangnya dan nggak punya kuncinya. Percuma aja kan punya gudang yang berguna, tapi kitanya nggak tertarik bahkan nggak sadar-sadar kalau kita tuh punya gudang yang bermanfaat.
Sebenernya, baca itu nggak ada repot atau susahnya. Soalnya dari kita-kita pada masih kecil, mungil dan imut-imut hal yang kita pelajari pertama di sekolah itu membaca dulu kan?. Yang tentunya dengan mengenal huruf abjad satu persatu. Bahkan kita belajar mengenal huruf dan membaca sebelum kita belajar ilmu yang lain. Jadi kalau emang udah dari kecil dulunya kita udah belajar baca, masa’ udah gede gini kita males-malesan kalau disuruh baca.
   Sebenarnya sudah 5 tahun yang lalu,pemerintah kita ini sudah mempunyai program untuk membuat para pemuda-pemuda Indonesia menjadi pemuda yang gemar membaca buku. Akan tetapi,kayaknya nggak ada respons yang antusias dari pemuda-pemudanya. Kan,sayang kalau pemerintah-pemerintah kita susah-susah buat slogan banyak-banyak tapi gak ada yang ngegubris. Mubadzir uangnya,kan??
Slogan-slogan itu akan sekadar slogan belaka apabila tidak dibarengi dengan cara jitu dalam membaca. Selain itu, Interest in reading (minat baca) yang relatif rendah di kalangan siswa perlu ditingkatkan terlebih dahulu. Untuk meningkatkan minat baca di kalangan siswa ada yang perlu dilakukan oleh sekolah maupun kalangan siswa itu sendiri. Yang harus dilakukan oleh sekolah, yaitu:
• Penciptaan  atmosfir kelas yang mendukung dengan menempel pajangan hasil karya   siswa dengan rapi serta slogan-slogan ajakan agar siswa gemar membaca.
• Penyediaan  buku-buku bacaan  yang memadai, baik dari segi kuantitas judul buku   maupun kualitas buku di perpustakaan dan setiap ruang kelas.
• Penciptaan antusiasme pada setiap individu siswa terhadap pentingnya membaca buku   dan berbagai sumber ilmu lainnya.
• Pemanfaatan kegiatan membaca sebagai alat untuk belajar seluruh bidang studi yang   diampu oleh masing-masing guru.
• Pesan-pesan edukatif yang disampaikan dengan gaya anak muda terpampang di setiap   sudut-sudut ruangan
• Rak buku yang dipajang rapi dan menarik untuk dieksplorasi isinya dengan ditampilkan   laksana “gedung bioskop” atau “gedung teater”
• Ada informasi mengenai kehebatan para penulis beserta karya-karya penulis nasional   maupun internasional di perpustakaan maupun di mading.
• Ada poster berisi cuplikan isi buku baru dan laku keras di masyarakat.
• Tersedia tempat baca buku lesehan di sekolah, misalnya di beranda musalah atau di   depan-depan kelas..

Rabu, 16 Maret 2011

Asinkah,,laut kita???!!!

     Pulau di Indonesia sangatlah beragam dan banyak sehingga Indonesia disebut sebagai negara kepulauan. Hal ini karena Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau, baik pulau-pulau besar maupun pulau kecil. Bayangkan, kurang lebih 17.504 pulau dengan garis pantai kira-kira sepanjang 81 ribu kilometer dimiliki negara ini. Dengan banyaknya pulau dan panjangnya garis pantai, menjadikan Indonesia disebut negara kepulauan terbesar di dunia. Jarak antara pulau satu dengan pulau yang lainnya, dipisahkan dengan sebuah selat,laut,dangkalan ataupun sejenisnya. Sekitar 70% wilayah Indonesia ini (5,8 juta km2) ditutupi oleh perairan. Masya Alloh,betapa luasnya wilayah perairan kita ini. Belum lagi,ditambah jutaan spesies flora maupun fauna yang hidup di wilayah perairan kita. Wah,,saya semakin bangga menjadi bangsa Indonesia. Ini menegaskan bahwa nenek moyang kita adalah seorang PELAUT.
     Tapi,ada pertanyaan di benak saya yang selama ini belum pernah saya temukan jawabannya. Apakah air laut itu bermacam-macam?? maksud saya,adakah air laut yang rasanya tidak asin. Ya,mungkin saja manis, pedas, gurih ataupun masam. Soalnya,saya bingung sekali. Menurut riset penelitian sebuah Universitas di Amerika Serikat,air laut itu mengandung sekitar 3,5% garam murni dan air tawar mengandung sekitar 0,05% garam murni. Tapi,mungkin itu air laut di daerah subtropis,kali,,ya?? kalau di daerah tropis seperti Indonesia itu palingan gak seasin itu. Atau bahkan gak asin sama sekali (campak).
    Coba lihat saja di negeri kita ini yang katanya kaya akan kelautan (sekitar 5,8 km2). Masih saja import garam dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhannya. Bahkan hingga 40% garam yang ada di Indonesia ini adalah garam import dari luar negeri. Dan itu bukanlah angka yang kecil,mengingat kebutuhan garam di Indonesia ini sangatlah besar. Padahal jika kita tinjau menurut luas kelautan Indonesia yang sekitar 5,8 km2 dan menurut riset penelitian akan kandungan garam pada air laut yang katanya hingga 3,5%,sebenarnya Indonesia sangat tidak pantas apabila masih meng-import garam dari luar negeri. Bahkan,Indonesia seharusnya sudah tampil sebagai negara pengeksport garam terbesar di dunia.
    Nah,sekarang coba anda bayangkan,apa lagi alasannya kalau bukan karena kandungan garam di air laut Indonesia itu emang gak seasin air laut pada umumnya. Masihkah anda menunggu alasan politik yang semakin berbelit-belit dari pemerintah dan komplotannya?